Downfall adalah film perang Jerman tentang hari hari terakhir Adolf Hitler,diktator Jerman di Fuhrerbunker di pada tahun 1945
Bagi anda yang selama ini menganggap bahwa Hitler adalah monster yang ganas, mungkin anda bisa terkejut ketika melihat Hitler menangis di film Downfall. Meskipun sebuah film, kisah di dalam film ini didasarkan oleh catatan harian seorang sekretaris pribadi kesayangan Hitler, Traudl Junge. Film ini sangat berbeda dengan film-film biografi yang lain. Oliver Hirschbeigel berhasil menciptakan atmosfer Berlin pada akhir perang dunia kedua dengan sangat teramat rinci. Mulai dari denah Fueherbunker sampai dengan bangunan-bangunan di sekitarnya.
Pemeran Adolf Hitler di film Downfall ini tidak sembarangan. Seorang artis dari Austria, Bruno Ganz, dipilih untuk menjadi Adolf Hitler. Kebetulan, Ganz memiliki tinggi yang sama dengan Hitler, juga raut yang cukup serupa. Yang membuat saya terpukau dengan Ganz adalah cara dia memerankan Hitler. Persis seperti banyak orang katakan bahwa Hitler sangat mudah marah. Ketika marah, seluruh tenaganya benar-benar dikeluarkan. Ganz melakukan akting tersebut dengan sangat sempurna, bahkan kita mungkin mengira bahwa Ganz-lah Hitler!
Film ini juga mengungkapkan betapa tersudutnya Nazi pada saat itu. Dari segala sisi, baik itu dalam semangat, logistik, persenjataan, dan lain-lain. Dalam film ini kita dapat mengetahui betapa banyak perwira Nazi bermuka dua. Tapi, ada beberapa perwira Nazi yang berhati putih, seperti misalnya Prof. Haase, Prof. Schenck dan William Mohnke. Saya menyukai Prof. Haase karena sifatnya yang berperikemanusiaan. Prof. Hencke mulanya disuruh untuk meninggalkan Berlin, tapi dia tetap memutuskan untuk membantu yang tersisa bersama Prof. Schenck. William Mohnke saya sukai karena dia adalah seorang perwira militer yang amat cerdas. Dia masih bisa berpikir jernih dalam situasi yang sempit. Dia hampir di hukum mati karena menarik mundur pasukannya, toh, Hitler malah senang dengan keputusan Mohnke dan menjadikan Mohnke sebagai Komandan Keamanan Berlin.
Hitler, dalam film ini, digambarkan sebagai seorang yang suka hewan, anak-anak dan bisa menangis. Anda pun tak bisa menduganya. Toh manusia pasti punya hati kecil yang mengandung rasa cinta dan kasih sayang [punya sisi manusiawi]. Banyak yang tidak tahu kalau Hitler sangat mencintai anjing peliharaannya yang bernama Blondi dibandingkan Eva Braun. Blondi sudah menjadi peliharaannya, temannya sejak masa kejayaan sampai akhirnya Blondi meninggal setelah diujicobakan dengan sianida. Hilter sampai memalingkan mukanya, dia sangat tidak tega melihat Blondi mati. Hitler juga sangat dekat dengan anak-anak dari keluarga Goebbels, Menteri Propaganda Nazi. Sebuah scene memperlihatkan Hitler duduk bersama anak-anak tersebut sambil mendengarkan lantunan nyanyian. Hitler tampak memangku anak terkecil Goebbels, Heidrun. Sebuah scene juga memperlihatkan Hitler yang menangis setelah mengetahui secara langsung dari pembicaraan empat matanya dengan Albert Speer, seorang arsitek muda loyalis Hitler. Speer mengaku secara langsung kalau dia sudah menghianati Hitler dengan tidak melaksanaksn tugas-tugas yang diberikan. Hitler benar-benar sangat kecewa pada momen itu. Dia menunduk, dan tidak menggenggam tangan Speer yang ingin mengucapkan salam perpisahan. Hitler tidak bisa marah karena Speer adalah seorang arsitek loyalis kebanggaanya, masih muda pula. Speer masih berusia 40 tahun saat itu. Lalu? Keluarlah setetes air mata Hitler…
Oliver Hirschbeigel dalam sebuah wawancara mengungkapkan bahwa film ini dibuat sebagai penjelasan kepada rakyat Jerman untuk mengingatkan mereka pada masa-masa kelam secara jujur. Dia meminta rakyat Jerman untuk berkaca kepada masa lalu supaya peristiwa semacam itu tidak terulang lagi.
sumber:Wikipedia,CatatanLaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar